fbp unas

Riset Tuanan Kontribusi Global Kampus Berdampak

Dekan Fakultas Biologi dan Pertanian, Dr Fachruddin Mangunjaya, bersama Staff Biro Kerjasama UNAS, Astri Rozana, Kamis (9/7), mengunjungi Stasiun Riset Tuanan, terletak di Mentangai-Dusun Tuanan, Desa Tumbang Mangkutup Kec Mentangai, Kabupaten Kapuas.

Perjalanan ditempuh empat jam dari Palangkaraya, menyusuri darat dan sungai.  Tuanan telah berdiri lebih 20 tahun para peneliti bertungkus lumus, meneliti kehidupan orangutan dan interaksi ekosistem yang ada di dalamnya.

“Stasiun ini telah menghasilkan ratusan riset dengan tema tema penting memahami keadaan hutan tropis. Pengetahuan ini sangat penting menghantar mahasiswa untuk memahami alam Indonesia,” ujar Dr Fachruddin.

Tuanan seolah menjadi saksi bisu upaya pelestarian orangutan dan keanekaragaman hayati di hutan rawa gambut.

Didirikan pada tahun 2002 oleh Yayasan Borneo Orangutan Survival Foundation (BOSF) melalui Program Konservasi Mawas, stasiun ini lahir dari kolaborasi internasional dengan para peneliti seperti Carel P. van Schaik dan Maria van Noordwijk dari University of Zurich, serta Erin R. Vogel dari Rutgers University.

Sejak 2003, Universitas Nasional (UNAS) Jakarta, melalui Dr. Sri Suci Utami dan Drs. Tatang Mitra-Setia, Dosen Universitas Nasional. Dekan FBP Unas, mengharapkan riset di tempat ini dapat terus ditingkatkan dan bersinergi dengan pemerintah daerah dan universitas lokal dalam berkontribusi pada sains alam global serta berkontribusi pada pengembangan sains alam, biologi.

“Riset disini berpotensi membawa Kalteng berkontribusi pada riset global yang menjadi rekognisi sebagai kampus berdampak”, tuturnya.

Kawasan Hutan Tuanan seluas lebih dari 1000ha, merupakan ekosistem gambut yang luas, di tempat  ini , sekarang telah bersemi kayu kayu hutan sekunder, dan sebelumnya pernah menjadi bagian dari Proyek Lahan Gambut (PLG) sejuta hektare, kini menjadi laboratorium alam untuk penelitian jangka panjang yang bertujuan mendukung konservasi dan restorasi habitat orangutan liar.

Link Terkait:

Stasiun Riset Tuanan

20 Tahun Riset  di Hutan Tuanan

Kehidupan Sehari-hari di Tuanan

Setiap hari, tim peneliti di Tuanan bangun sebelum fajar. Mereka menjelajahi hutan, mengamati orangutan dari jarak aman untuk mencatat perilaku mereka: dari interaksi sosial, pilihan makanan, hingga penggunaan tanaman obat saat sakit. Salah satu fokus menarik adalah pengamatan terhadap induk orangutan dan anaknya yang berusia 3-7 tahun. Anak-anak orangutan pada usia ini mulai belajar mandiri, menjelajah sendiri namun tetap dalam pengawasan ibunya. Dua peneliti sering ditugaskan untuk satu pasang induk-anak, satu mengamati sang induk, satu lagi anaknya, untuk memahami proses pembelajaran dan kemandirian yang krusial bagi program rehabilitasi.

Pernah pada tahun 2017, sebuah momen mengejutkan terekam: untuk pertama kalinya dalam 50 tahun penelitian, seekor orangutan di Tuanan terlihat memakan kukang, sebuah primata kecil. Penemuan ini mengguncang dunia penelitian karena sebelumnya orangutan dikenal hanya mengonsumsi buah, daun, kulit kayu, bunga, dan serangga. Observasi ini menjadi bukti bahwa masih banyak misteri tentang perilaku orangutan yang belum terungkap, memperkuat pentingnya penelitian jangka panjang. (BIO-1)

 

| Berita Terbaru