JAKARTA (UNAS), mengutip dari KOMPAS — Orangutan memiliki strategi bertahan hidup luar biasa di hutan hujan Kalimantan. Kerabat dekat manusia dalam evolusi itu menyesuaikan ketersediaan makanan dan aktivitas mereka sehingga terhindar dari obesitas dan penyakit metabolik. Manusia bisa belajar dari orangutan tentang menerapkan pola makan sehat dan seimbang.
Studi terbaru yang melibatkan sejumlah peneliti di Rutgers University, Amerika Serikat, mengungkapkan, orangutan menyeimbangkan asupan protein dan aktivitas mereka dengan ketersediaan makanan. Mereka mengonsumsi makanan seperti buah-buahan dan dedaunan, bergantung pada musim.
Kemampuan untuk mempertahankan kadar protein dan menghemat energi selama masa sulit tidak hanya memberikan wawasan tentang kelangsungan hidup orangutan, tetapi juga terkait kebiasaan makan yang lebih sehat bagi manusia.
Laporan hasil penelitian tersebut telah dipublikasikan di jurnal Science. Riset itu menyebutkan, orangutan di hutan hujan Kalimantan di Indonesia dan Malaysia memiliki keajaiban adaptasi dalam mengelola pasokan makanan yang beragam di alam liar. Riset dilakukan dengan mengamati orangutan di hutan Kalimantan selama 15 tahun.

Profesor Erin Vogel, penulis pertama penelitian itu, memaparkan, hasil studi ini menunjukkan bagaimana orangutan Kalimantan liar beradaptasi terhadap perubahan lingkungan mereka dengan menyesuaikan asupan nutrisi, perilaku, dan penggunaan energi.
”Penelitian tersebut menyoroti pentingnya memahami pola makan alami dan dampaknya terhadap kesehatan, baik bagi orangutan maupun manusia,” ujarnya dilansir dari sciencedaily.com, Rabu (10/9/2025).
Orangutan merupakan salah satu kerabat terdekat manusia yang masih hidup. Dengan hubungan evolusi ini, orangutan dan manusia memiliki proses fisiologis dan metabolisme, kebutuhan nutrisi, dan adaptasi perilaku yang mirip. Mempelajari orangutan dapat memberikan wawasan tentang adaptasi evolusi yang juga relevan bagi manusia.
Menurut Vogel, manusia juga menunjukkan fleksibilitas metabolisme. Namun, pola makan modern yang kaya akan makanan olahan dapat mengganggu keseimbangan ini. Hal itu menyebabkan gangguan metabolisme seperti diabetes.
Orangutan mengurangi aktivitas fisik selama musim produksi buah yang minim. Strategi ini dilakukan untuk menghemat energi. Sementara manusia cenderung kurang menyesuaikan pengeluaran energi dengan asupan kalori. Inilah yang memicu penambahan berat badan dan penyakit terkait gangguan metabolisme.

”Memahami adaptasi ini dapat membantu kita mempelajari lebih lanjut tentang bagaimana manusia dapat mengelola pola makan dan kesehatan. Hal ini juga menyoroti pentingnya melestarikan habitat orangutan untuk memastikan kelangsungan hidup mereka,” ujarnya.
Fleksibilitas metabolisme
Penelitian dilakukan di Stasiun Riset Orangutan Tuanan di kawasan Konservasi Mawas di Kalimantan Tengah. Kawasan konservasi itu merupakan hutan rawa gambut yang merupakan ekosistem purba yang kaya akan keanekaragaman hayati dengan lanskap didominasi pepohonan tergenang air yang tumbuh di atas lapisan daun dan tumbuhan yang mati.
Vogel mengatakan, strategi pola makan orangutan dapat memberikan informasi bagi praktik nutrisi lebih baik bagi manusia. Riset tersebut menggarisbawahi pentingnya keseimbangan pola makan dan fleksibilitas metabolisme yang krusial untuk menjaga kesehatan orangutan dan manusia.
Sementara manusia cenderung kurang menyesuaikan pengeluaran energi dengan asupan kalori. Inilah yang memicu penambahan berat badan dan penyakit terkait gangguan metabolisme.
”Penelitian ini menunjukkan kebiasaan makan modern, yang ditandai dengan tingginya konsumsi makanan olahan yang kaya gula dan lemak, dapat menyebabkan ketidakseimbangan metabolisme dan masalah kesehatan,” jelasnya.
Dalam studi sebelumnya, Vogel dan peneliti lainnya dari beberapa negara telah menganalisis pola makan orangutan. Orangutan lebih suka makan buah karena kaya karbohidrat.
Namun, ketika buah langka, mereka beralih mengonsumsi daun, kulit kayu, dan makanan lain yang dapat menyediakan lebih banyak protein, tetapi lebih sedikit karbohidrat.
Saat ketersediaan buah melimpah, orangutan tetap mengonsumsi protein. Namun, mereka memperoleh sebagian besar energinya dari karbohidrat dan lemak dalam buah.

Studi tersebut juga memaparkan beberapa temuan kunci, salah satunya adalah orangutan menghindari obesitas sebagai bagian dari respons terhadap fluktuasi signifikan terkait ketersediaan buah di habitat alami mereka. Orangutan mengalami periode kelimpahan sekaligus kekurangan.
Periode kekurangan makanan yang menyebabkan rendahnya asupan kalori serupa dengan puasa intermiten pada manusia. Hal ini dapat membantu menjaga kesehatan mereka dengan mengurangi stres oksidatif.
Penulis lain penelitian itu, Shauhin Alavi, menyebutkan, selama periode kekurangan buah, orangutan menunjukkan fleksibilitas metabolisme. Mereka beralih menggunakan lemak tubuh dan protein otot yang tersimpan untuk energi. Hal ini memungkinkan mereka bertahan hidup saat makanan langka.

Seorang perawat orangutan menggendong orangutan kecil yang sedang menjalani sekolah hutan di Bornean Orangutan Rescue Alliance (BORA), pusat rehabilitasi orangutan di Kabupaten Berau, Kalimantan Timur, yang dikelola Centre for Orangutan Protection (COP), 23 Juni 2022.
”Orangutan menunjukkan kemampuan adaptasi perilaku dengan mengandalkan pengurangan aktivitas fisik serta menggunakan energi dan otot yang tersimpan untuk menghemat energi. Mereka lebih banyak beristirahat, tidur lebih awal, lebih sedikit bepergian, dan menghabiskan lebih sedikit waktu dengan orangutan lain,” jelasnya.
Orangutan kembali mengumpulkan cadangan lemak dan otot saat ketersediaan buah di hutan tinggi. Pola makan orangutan juga memprioritaskan tingkat protein yang konsisten.
Hal ini kontras dengan pola makan modern yang sering kali kaya akan makanan olahan, padat energi, dan miskin protein. Pola makan tersebut berkontribusi terhadap obesitas dan penyakit metabolik pada manusia.
Sumber: Berita Kompas – Manusia Bisa Belajar Menjaga Pola Makan Seimbang dari Orangutan