fbp unas

Dekan FBP UNAS: Peran Akademik dan Masyarakat Kunci Kurangi Pemanasan Global

Jakarta, 28 Mei 2025 — Pemanasan global terus menunjukkan tren yang mengkhawatirkan. Menurut Dr. Fachrudin M. Mangunjaya, M.Si., Dekan Fakultas Biologi dan Pertanian Universitas Nasional (UNAS), tantangan ini hanya dapat diatasi melalui kolaborasi nyata antara dunia akademik, pembuat kebijakan, dan masyarakat luas.

Dalam wawancara eksklusif secara daring bersama Gea Debora, presenter Radio Republik Indonesia (RRI), Kamis (28/5), Dr. Fachrudin mengungkapkan bahwa konsentrasi gas rumah kaca, terutama karbon dioksida (CO₂), telah melonjak dari 350 ppm pada tahun 1990-an menjadi sekitar 400 ppm saat ini.

“Peningkatan ini berbanding lurus dengan kenaikan suhu global. Jika terus dibiarkan, kita akan menghadapi dampak yang jauh lebih buruk,” tegasnya.

Ia menyoroti pentingnya pengendalian emisi gas rumah kaca lainnya, seperti metana (CH₄), yang memiliki potensi pemanasan 20 kali lebih besar dibandingkan CO₂. Menurutnya, pengelolaan limbah organik bisa menjadi solusi praktis di tingkat rumah tangga.

“Metana bisa dikelola, bahkan dimanfaatkan sebagai sumber energi bersih,” tambahnya.

 

Saat ini, suhu Bumi telah meningkat sekitar 1,2°C dibandingkan masa pra-industri. Bahkan, di beberapa wilayah seperti Amerika Serikat, suhu ekstrem hingga 1,5°C lebih tinggi telah tercatat.

“Ini bukan sekadar angka, ini adalah alarm yang menandakan kita harus segera bertindak,” ujar Dr. Fachrudin.

Ia juga mengingatkan bahwa selain faktor alamiah seperti letusan gunung berapi, kontribusi aktivitas manusia terhadap pemanasan global bersifat terus-menerus dan berdampak jangka panjang.

 

Kesadaran dan Regulasi Lingkungan

Dr. Fachrudin menilai bahwa tingkat kesadaran masyarakat dalam pengelolaan sampah masih sangat bervariasi. Beberapa rumah tangga telah aktif memilah dan mengelola sampahnya, namun masih banyak kawasan khususnya pemukiman baru yang belum memiliki sistem pengelolaan sampah yang layak.

“Ini menunjukkan perlunya integrasi kebijakan lingkungan dalam perencanaan tata kota dan pembangunan perumahan sejak awal,” jelasnya.

Ia juga menegaskan bahwa regulasi dan penegakan hukum harus diterapkan untuk mendorong partisipasi publik, dengan pendekatan yang disesuaikan dengan kondisi sosial dan geografis masing-masing daerah.

 

Pendidikan Lingkungan dan Solusi Teknologi

Sebagai akademisi, Dr. Fachrudin menekankan pentingnya peran pendidikan tinggi dalam membentuk kesadaran lingkungan. Di UNAS, seluruh mahasiswa dari berbagai jurusan diwajibkan mengambil mata kuliah Konservasi Lingkungan.

“Kami ingin mencetak lulusan yang tidak hanya kompeten secara akademik, tetapi juga peduli terhadap keberlanjutan lingkungan,” ujarnya.

Ia juga memperkenalkan teknologi bioblast, sebuah alat pengurai limbah organik yang bisa dimanfaatkan di tingkat rumah tangga. Namun, menurutnya, edukasi dan sosialisasi masih sangat dibutuhkan agar teknologi tersebut bisa diterapkan secara lebih luas di masyarakat.

 

Pengelolaan Limbah Kurban dan Etika Lingkungan

Menjelang Hari Raya Kurban, Dr. Fachrudin turut menyoroti persoalan pengelolaan limbah hewan kurban yang kerap luput dari perhatian. Ia menekankan bahwa masjid-masjid seharusnya memiliki fasilitas pemotongan dan sistem pengelolaan limbah yang memadai, termasuk sistem komposting.

“Selain aspek teknis, kita juga harus menjunjung tinggi etika dan estetika dalam pelaksanaan ibadah. Jangan menyembelih hewan di depan hewan lain atau anak-anak. Etika ini adalah bagian dari nilai-nilai moral yang harus kita jaga,” tutupnya.

 

| Berita Terbaru