Ekspedisi Tak Terlupakan ke Stasiun Penelitian Cabang Panti dan Kampung Sungai Rangkong

Dikutip dari laman savegporangutans.org, oleh Oleh Dr. Tatang Mitra Setia, Dekan dan Dosen Fakultas Biologi dan Pertanian Universitas Nasional, dengan judul tulisan “A Memorable Visit to the Cabang Panti Research Station and the Rangkong River Camp”.

Trip upriver to Cabang Panti, when the engine was damaged and we waited for the boat from camp to pick us up (Pak Tatang is on the right).

Pada 8-12 Desember, tim Universitas Nasional yang diwakili oleh saya (Tatang Mitra Setia) dan Astri Zulfa mendapatkan kesempatan untuk mengunjungi Stasiun Penelitian Cabang Panti dan Kamp Rangkong, tempat UNAS, bekerja sama dengan Universitas Boston, menjalankan program penelitian orangutan. Kunjungan kami bertujuan untuk memantau perkembangan kegiatan penelitian serta mengumpulkan informasi tentang topik penelitian yang dapat diinvestigasi di masa depan. Selain itu, kami juga membahas potensi kegiatan kerjasama yang dapat dilakukan dengan program-program lain di Yayasan Palung/GPOCP, yang juga telah menjalin MoU dengan kami.

Pada Jumat, 8 Desember, perjalanan kami dimulai menuju Stasiun Penelitian Cabang Panti dengan perahu melalui sungai dari Semanjak, Desa Benawai Agung. Perjalanan ini melampaui ekspektasi kami dan cukup tidak biasa karena memakan waktu 14 jam! Mesin perahu yang kami gunakan rusak di tengah perjalanan (Lubuk Kuwali) dan tidak dapat dilanjutkan. Akhirnya, kami berhasil menemukan daratan dan mendapatkan sinyal telepon sehingga dapat menghubungi staf dari Stasiun Penelitian Cabang Panti untuk memberikan bantuan. Kami menunggu di tepi sungai hingga pukul 22.00 ketika Rizal (manajer penelitian) dan 2 asisten penelitian tiba dengan 1 perahu tambahan dari kamp. Setelah mesin diperbaiki, kami dapat melanjutkan perjalanan di tengah malam. Akhirnya, kami tiba di Stasiun Penelitian Cabang Panti pukul 04.30 pagi, tepat ketika asisten lapangan menuju sarang orangutan. Itu perjalanan yang cukup melelahkan bagi kami!

Meski sudah lelah setelah perjalanan panjang ini, kelelahan kami hilang saat melihat keindahan hutan dan keanekaragaman hayati unik di area Stasiun Penelitian Cabang Panti. Pada hari pertama di kamp (9 Des), kami tidak masuk ke hutan karena membutuhkan istirahat. Namun, kami tetap menjelajahi hutan di sekitar bangunan kamp penelitian. Di pagi hari, kami mendengar suara gibbon, Hylobates albibarbis, tidak jauh dari kamp. Nyanyian indah mereka saling dipertukarkan antar kelompok dan satu sama lain. Kemudian, kami melihat sekumpulan ikan berenang bolak-balik di sungai di depan kamp. Kemudian kami mengamati kegiatan penelitian yang dilakukan di kamp, seperti proses analisis buah yang dilakukan oleh Sumihadi dan pemeriksaan parasit oleh Ishma Fatiha.

Ishma shows Ibu Astri how to check for parasites in orangutan feces.

Pada hari kedua (10 Des), aktivitas kami dimulai dengan melihat proses pencarian orangutan menggunakan drone termal, yang dilakukan oleh Wahyu Susanto. Metode baru ini sangat menarik karena dapat memudahkan peneliti mencari orangutan dari udara, selain terus mencari dengan cara konvensional dengan mengikuti garis transek. Kemudian, kami pergi untuk melihat orangutan yang sudah diikuti oleh asisten lapangan. Kami bertemu dengan orangutan di transek ‘ES’ dan melihat ada 3 orangutan yang sedang “berpesta”, yaitu Tunjuk, seekor orangutan jantan, dan seekor orangutan betina, Bibi, beserta anaknya Bayas, sedang makan di pohon. Kami mengikuti orangutan selama beberapa jam dan mengamati teknik makan yang berbeda saat mereka memakan buah, kulit kayu, rayap, dan beralih dari satu pohon makan ke pohon lainnya.

The orangutan party (Tunjuk, Bibi and Bayas) show their bark feeding techniques.

Pada hari ketiga (11 Des), kami berkelana melalui jalur hutan menuju Stasiun Penelitian Rangkong – kamp satelit baru yang lebih dekat dengan perbatasan Taman Nasional. Kami didampingi dalam perjalanan oleh Mas Endro Setiawan, Kepala Stasiun Penelitian Cabang Panti, Kantor Taman Nasional Gunung Palung, dan Wahyu Susanto, Direktur Program Penelitian Yayasan Palung, serta Rizal, Manajer Penelitian Cabang Panti. Meski kami belajar Biologi di UNAS sebagai mahasiswa lebih dari 30 tahun yang lalu, masih banyak hal baru yang bisa dilihat dan pelajaran baru yang bisa dipelajari. Saat kami sedang membahas topik penelitian yang dapat dikembangkan di masa depan, tiba-tiba Mas Endro, yang juga seorang ahli botani, berkata, “Apa bedanya daun tunggal dan daun majemuk?” Kami yang juga pernah mendapatkan pelajaran morfologi tumbuhan di perguruan tinggi, ragu untuk menjawab. Kemudian Mas Endro memberikan penjelasan dan menunjukkan contoh daun tunggal dan daun majemuk, dan kami mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam.

Perjalanan ke kamp Rangkong sekitar 7 km melalui jalur penelitian Rangkong yang baru saja selesai. Di jalur yang sama, kami melewati 2 jenis hutan yang berbeda, yaitu alluvial dan heath. Saat kami berada di hutan heath, kami melihat beberapa tanaman kantong dan salah satunya adalah Nephents bicalcarta yang, menurut Mas Endro, adalah tanaman endemik Kalimantan (hanya ditemukan di Borneo). Kantongnya memiliki karakteristik unik, yaitu adanya taring (seperti vampir) di dalam kantong. Setelah 4 jam perjalanan, kami akhirnya tiba di kamp Rangkong dan bertemu dengan Sabta (koordinator Rangkong) dan asisten penelitian yang baru saja kembali dari mencari orangutan.

Group photo in front of the Rangkong (Hornbill) Camp.
a Nephentes bicalcarta pitcher plant.

Pada hari ke-4 (12 Desember), menjelang akhir kunjungan kami di Cabang Panti, kami kembali ke Ketapang menggunakan perahu yang sama seperti saat kedatangan. Namun, perjalanan kami menyusuri sungai berlangsung begitu lancar dan hanya memakan waktu 4 jam hingga kami tiba di desa Semanjak. Di malam hari, kami mengadakan pertemuan dengan Bapak Edi Rahman, Direktur Yayasan Palung. Selama pertemuan, Bapak Edi dan Manajer Konservasi memberikan presentasi mengenai kegiatan yang telah dilaksanakan oleh Yayasan Palung. Kami juga mendiskusikan kemungkinan kerjasama yang dapat dilakukan bersama di masa depan. Diskusi pun dilanjutkan sembari menikmati makan malam bersama.

Meeting with conservation staff of Yayasan Palung.

Dari perjalanan ini, kami terkesan oleh antusiasme para peneliti dan asisten peneliti di Cabang Panti Research Station dan Rangkong Camp di Taman Nasional Gunung Palung. Semoga wilayah unik ini yang kaya akan biodiversitas selalu terjaga, menjadi sumber pengetahuan yang berharga bagi kita semua.

Terima kasih kepada Mas Endro dan seluruh tim di Cabang Panti dan Rangkong Research Stations, serta kepada Mas Wahyu dan tim Yayasan Palung yang memberikan dukungan dan bantuan selama perjalanan. Juga terima kasih kepada tim Yayasan Palung di Ketapang atas diskusi mengenai program-program menarik. Kerjasama di masa depan pada program-program ini hanya akan memperkuat pekerjaan dan dampak yang dapat kita capai.